Kamis, 15 Februari 2018

TAFSIR ALQURAN


TAFSIR SURAH YASIN AYAT 1 – 12
(Kajian Tafsir Al Mishbah Volume 11, Hal. 105-119)
Disampaikan oleh: Ahmad Abrar Rangkuti, M.A.[1]

Disampaikan dalam Kajian Tafsir Alquran Balai Penelitian Rispa Sei Putih Kamis, 15 Pebruari 2018



Ya Sin. Aku bersumpah demi Alquran yang penuh hikmah, sesungguhnya engkau pastilah salah seorang dari rasul-rasul, yang Kami utus membawa petunjuk agama untuk kebahagiaan manusia. Sesungguhnya engkau berada di atas jalan lebar yang lurus, yakni agama Islam.


Bahwa Alquran yang terpuji itu adalah wahyu yang diturunkan oleh Yang Mahaperkasa lagi Maha Pengasih terhadap para  hamba-Nya. Wahyu-wahyu Alquran itu diturunkan-Nya agar engkau wahai Rasul saw member peringatan untuk engkau sampaikan pertama kali kepada kaum, yakni masyarakat Mekkah/Arab, , yakni masyarakat Mekkah/Arab, yang bapak-bapak mereka, yakni nenek moyang terdekat mereka, belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai.

Ayat yang lalu berbicara tentang kelengahan anggota masyarakat Mekkah yang ditemui Nabi Muhammad saw pertama kali. Kelengahan adalah penyakit hati yang paling parah, yang menjadikan hati tidak berfungsi. Hati yang demikian harus selalu diberi peringatan. Tetapi sayang, sebagian dari mereka berkeras menolak peringatan yang engkau sampaikan, wahai Nabi Muhammad. Tetapi, ketahuilah bahwa, sejak dahulu, Allah telah mengetahui bahwa banyak di antara mereka yang tidak beriman sehingga kami bersumpah bahwa: Sesungguhnya telah menjadi wajar dan pasti berlaku perkataan, yaitu pengetahuan dan ketentuan Allah atau siksa-Nya, terhadap kebanyakan mereka, maka mereka tidak akan beriman dan selalu menolak peringatan yang disampaikan kepada mereka.

Allah kemudian menggambarkan keadaan mereka yang tidak akan beriman itu dengan berfirman: Sesungguhnya Kami telah menjadikan keadaan mereka yang bersikeras mempertahankan kekufuran bagaikan keadaan seseorang yang di leher mereka terpasang belenggu-belenggu lalu ia yakni belenggu-belenggu itu, diikat ke dagu mereka masing-masing, sehingga akibatnya mereka tertengadah ke atas dan menjadikannya tidak dapat menunduk dan tidak bebas bergerak, atau menoleh ke kiri dan ke kanan. Dan Kami juga – karena keengganan mereka memerhatikan ayat-ayat Kami – bagaikan mengadakan di hadapan mereka dinding penghalang dan di belakang mereka dinding pula, dan Kami menutupi mata mereka sehingga kalaupun dinding itu tidak ada, mereka tetap tidak dapat melihat dan tidak juga dapat melangkah menembus dinding pemisah itu.
  
Dan, jika demikian keadaan mereka—sebagaimana diilustraasikan oleh ayat-ayat yang lalu—maka sama saja buat mereka, yakni orang-orang kafir yang seperti itu keadaannya, apakah engkau, wahai Nabi Muhammad atau siapa pun, memperingatkan mereka atau tidak memperingatkan mereka. Hasilnya adalah mereka tidak mungkin akan beriman.

Bagaimana mereka dapat beriman, padahal mereka tidak dapat—karena keengganannya sendiri—menggunakan potensi yang dianugerahkan Allah kepada mereka. Dengan demikian, peringatan ilahi yang engkau sampaikan, wahai Nabi Muhammad, tidak bermanfaat bagi mereka karena sesungguhnya engkau hanya memberi peringatan yakni hanya bermanfaat peringatanmu, bagi siapa yang mau mengasah potensi keimanannya sehingga bersedia secara bersungguh-sungguh mengikuti adz-Dzikr, yakni tuntunan Alquran, dan yang takut bercampur harap serta kagum kepada Ar-Rahman, sang Maha Penyayang, meskipun Dia gaib, yakni meskipun mereka tidak melihat-Nya. Masing-masing mereka itulah yang wajar mendapat berita gembira, maka karena itu gembirakanlah ia, yakni masing-masing, tentang maghfirah pengampunan ilahi dan ganjaran yang mulia berupa kebahagiaan yang tidak putus-putusnya.


Setelah ayat yang lalu menguraikan tentang risalah kenabian, kini ayat di atas berbicara tentang kebangkitan manusia setelah kematiannya. Ayat ini menyatakan bahwa: Sesungguhnya Kami menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, baik yang mati hatinya maupun yang telah terhenti denyut jantungnya dan tidak berfungsi lagi otaknya, dan Kami, melalui malaikat-malaikat yang Kami tugaskan, terus menerus mencatat apa yang telah mereka kerjakan selama mereka hidup di dunia, yang baik dan yang buruk—bukan karena Kami khawatir lupa tetapi untuk menjadi bukti bagi setiap yang bermaksud mengajukan keberatan—dan demikian juga Kami mencatat bekas-bekas yang mereka tinggalkan, yakni amal-amal mereka yang diikuti oleh generasi sesudah mereka sehingga, jika baik, mereka ikut memeroleh juga ganjaran seperti ganjaran orang-orang yang mengamalkannya sesudah mereka dan sebaliknya pun demikian.

Bukan hanya amal-amal manusia yang Kami ketahui tetapi kegiatan semua makhluk, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan semua makhluk, baik manusia maupun selain manusia, Kami hitung, kumpulkan dan pelihara dalam Kitab Induk yang nyata, yakni Lauh Mahfuz, atau semua terjangkau oleh pengetahuan Allah yang Mahaluas.
                                                             



[1]Tendik PAI SMPN 3 Lubuk Pakam dan MTs Alwashliyah Pulau Gambar, Sekretaris Pengurus Cabang Al Washliyah Kecamatan Galang. Blog: https://abrarrkt.blogspot.co.id/  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar