Jumat, 04 Juli 2025

JOURNAL REVIEW: Islamic Educational Philosophy And Its Relevance To Global Educational Discourse

Tinjauan Kritis terhadap Artikel “Islamic Educational Philosophy and Its Relevance to Global Educational Discourse” oleh Nur Asiah dan Harjoni Desky: Telaah Berdasarkan Kerangka Berpikir Kritis


Oleh: Dr. H. Ahmad Abrar Rangkuti, M.A. -- Universitas Islam Sumatera Utara

 

Abstrak

Artikel “Islamic Educational Philosophy and Its Relevance to Global Educational Discourse” oleh Nur Asiah dan Harjoni Desky menawarkan pendekatan sintesis konseptual yang menempatkan filsafat pendidikan Islam sebagai alternatif dan pelengkap bagi wacana pendidikan global kontemporer. Artikel ini memuat nilai-nilai seperti ta’dib, tazkiyah, insan kamil, dan fitrah sebagai fondasi pendidikan yang holistik dan etis. Melalui kerangka berpikir kritis yang terdiri dari interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, dan eksplanasi, tulisan ini memberikan tinjauan terhadap kekuatan dan keterbatasan artikel tersebut. Secara konseptual, artikel ini memiliki nilai kontribusi tinggi, namun dari segi implementasi dan inferensial, masih memerlukan penguatan melalui analisis kontekstual dan validasi empiris. Review ini merekomendasikan agar artikel ini dijadikan dasar awal yang potensial, namun perlu pengembangan lebih lanjut dalam bentuk penelitian lapangan dan operasionalisasi konsep-konsep kunci dalam praktik pendidikan kontemporer yang plural.

Kata Kunci: pendidikan Islam, filsafat pendidikan, berpikir sistemik, globalisasi, adab, pendidikan holistik


Pendahuluan

Dalam konteks krisis global dalam dunia pendidikan—ditandai oleh kekosongan makna, dominasi teknokrasi, dan kemerosotan etika—artikel ini hadir menawarkan filsafat pendidikan Islam sebagai solusi alternatif. Penulis artikel mengklaim bahwa pendekatan pendidikan Islam yang berbasis nilai spiritual, etika, dan keseimbangan akal-jiwa-ruh dapat menjadi kontribusi signifikan terhadap diskursus pendidikan global. Artikel ini layak untuk ditelaah secara kritis mengingat posisinya yang ambisius sebagai jembatan antara tradisi Islam dan wacana pendidikan modern.


1. Interpretasi

Penulis artikel menempatkan filsafat pendidikan Islam sebagai sistem pemikiran yang tak hanya bersumber dari teks-teks klasik seperti Al-Ghazali, Ibn Sina, dan Al-Attas, tetapi juga relevan dengan pendekatan mutakhir seperti critical pedagogy, constructivism, dan whole-child education. Secara umum, artikel ini menafsirkan pendidikan sebagai proses spiritual dan moral, bukan hanya proses transmisi informasi atau pencapaian kompetensi akademik.

Penekanan pada konsep adab (etika), tazkiyah (penyucian jiwa), dan fitrah (potensi bawaan manusia) menegaskan perbedaan paradigma antara pendidikan Islam dan model sekuler-modern yang dominan. Interpretasi penulis terhadap situasi krisis global (mengacu pada laporan UNESCO dan OECD) memberikan dasar kontekstual yang kuat untuk mengusulkan filsafat Islam sebagai alternatif pendidikan yang bermakna.


2. Analisis

Struktur artikel dibangun secara sistematis: dari latar belakang konseptual, pendekatan metodologi filosofis, hingga hasil tematik dan diskusi perbandingan. Namun, terdapat ketimpangan antara paparan konseptual dan analisis kritis. Artikel ini belum secara menyeluruh menganalisis titik ketegangan antara paradigma pendidikan Islam dan epistemologi Barat. Misalnya, dikotomi antara ‘ilm (ilmu) dan constructivism belum dijelaskan secara metodologis, hanya disebut sebagai “perbedaan pandangan”.

Selain itu, perbandingan yang dilakukan cenderung bersifat deskriptif—tidak menjelaskan secara mendalam bagaimana konsep murabbi dapat diterapkan dalam lingkungan sekolah umum, atau bagaimana hikmah dapat masuk ke dalam kurikulum nasional. Di sisi lain, penggunaan Table 1 dan Table 2 cukup membantu dalam memetakan posisi artikel dalam ranah studi yang lebih luas.


3. Evaluasi

Dari sisi kredibilitas, penulis menggunakan sumber yang relevan dan valid, baik klasik maupun kontemporer. Referensi ke laporan UNESCO, OECD, serta pemikir seperti Freire menunjukkan upaya integrasi lintas paradigma. Namun, argumentasi bahwa pendidikan Islam adalah solusi terhadap “krisis global” terlihat berlebihan, mengingat tidak disertai dengan bukti empiris yang mendukung keunggulan klaim tersebut.

Asumsi bahwa model pendidikan Islam dapat langsung diterapkan atau diterima dalam sistem pendidikan global yang sekuler dan pluralis belum dievaluasi secara kritis. Hal ini penting mengingat tantangan sosial, ideologis, dan politik yang menyertai upaya integrasi nilai-nilai keagamaan ke dalam kurikulum publik di berbagai negara.


4. Inferensi

Kesimpulan artikel bahwa pendidikan Islam dapat menjadi “kekuatan korektif dan pelengkap” terhadap sistem global memang menarik, namun inferensinya belum didukung secara sistematis. Penulis tidak mengelaborasi kemungkinan resistensi terhadap wacana keislaman di negara-negara non-Muslim, atau tantangan penerapannya di masyarakat yang majemuk secara agama dan budaya.

Inferensi ini juga tidak mempertimbangkan secara serius kemungkinan bahwa pendekatan berbasis spiritualitas dan nilai dapat berasal dari sumber lain di luar Islam (misalnya dari tradisi lokal, Buddhisme, atau model indigenous). Dengan kata lain, artikel ini kurang membuka ruang dialog antarperadaban dan terlalu yakin bahwa Islam adalah satu-satunya jawaban atas krisis pendidikan global.


5. Eksplanasi

Penjelasan tentang konsep kunci seperti ta’dib, tazkiyah, dan fitrah disajikan dengan baik, namun belum dijelaskan bagaimana hal-hal tersebut dapat dioperasionalkan dalam praktik pendidikan yang nyata: kurikulum, asesmen, pelatihan guru, dan tata kelola sekolah. Sebuah artikel yang mengusung tema global seharusnya juga menjawab: Bagaimana penerapannya? Di mana sudah diterapkan? Apa hasilnya?

Meskipun penulis mencantumkan model Malaysia (IHES) dan reformasi pesantren di Indonesia, penjelasan ini bersifat permukaan dan tidak mengandung evaluasi terhadap keberhasilan, tantangan, atau keterbatasannya. Oleh karena itu, eksplanasi dalam artikel ini bersifat filosofis dan normatif, belum sampai ke level praktikal dan aplikatif.


Kesimpulan dan Rekomendasi

Artikel ini merupakan upaya serius dan bermakna untuk mengangkat kembali filsafat pendidikan Islam ke dalam ruang dialog global. Nilai-nilai yang diusungnya—etika, spiritualitas, integrasi ilmu—merupakan kebutuhan nyata dalam sistem pendidikan modern. Namun, agar artikel ini berdampak secara akademik dan kebijakan, diperlukan penguatan pada:

Pendalaman epistemologis dan metodologis, bukan hanya perbandingan deskriptif.

Validasi empiris melalui studi kasus, survei, atau praktik pendidikan berbasis Islam kontemporer.

Keterbukaan dialog terhadap alternatif lain dalam pendidikan berbasis nilai, tidak hanya dari Islam.

Operasionalisasi konsep-konsep kunci, agar dapat dipahami oleh pembuat kebijakan, guru, dan praktisi pendidikan secara luas.

Secara umum, artikel ini memiliki potensi kontribusi besar, namun masih memerlukan pengembangan serius dalam ranah empiris dan kontekstual agar dapat menjembatani wacana filosofis dengan dunia nyata pendidikan global.

 

 

Daftar Pustaka

Al-Attas, S. M. N. (1991). The Concept of Education in Islam: A Framework for an Islamic Philosophy of Education. Kuala Lumpur: ISTAC.

Al-Faruqi, I. R. (1982). Islamization of Knowledge: General Principles and Work Plan. Herndon, VA: IIIT.

Al-Ghazali. (n.d.). Ihya’ ‘Ulum al-Din. Cairo: Dar al-Ma’arif.

Al-Ghazali. (2005). Ihya’ ‘Ulum al-Din. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah.

Azra, A. (2012). Education, Islam, and the Public Sphere: Indonesia and Malaysia Compared. In R. W. Hefner (Ed.), Making Modern Muslims: The Politics of Islamic Education in Southeast Asia (pp. 55–78). Honolulu: University of Hawai‘i Press.

Creswell, J. W., & Poth, C. N. (2018). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Approaches (4th ed.). Thousand Oaks, CA: Sage Publications.

Dewey, J. (1938). Experience and Education. New York: Macmillan.

Elias, M. J., White, G., & Stepney, C. (2015). The Integration of Social-Emotional Learning, Character Education, and Student Engagement. In J. A. Durlak, C. E. Domitrovich, R. P. Weissberg, & T. P. Gullotta (Eds.), Handbook of Social and Emotional Learning: Research and Practice (pp. 29–42). New York: Guilford Press.

Faith and Education Forum. (2022). Interfaith Dialogue and Ethical Education in a Globalized World. Geneva: Faith and Education Forum Publications.

Freire, P. (2000). Pedagogy of the Oppressed. New York: Continuum.

Halstead, J. M. (2004). An Islamic Concept of Education. Comparative Education, 40(4), 517–529.

Hashim, R., & Langgulung, H. (2008). Islamic Religious Curriculum in Muslim Countries: The Experiences of Indonesia and Malaysia. Bulletin of Education & Research, 30(1), 1–19.

Ibn Sina. (n.d.). Al-Risalah fi al-Tarbiyah (Treatise on Education). Beirut: Dar al-Fikr.

Kincheloe, J. L. (2005). Critical Constructivism Primer. New York: Peter Lang Publishing.

Maslow, A. H. (1987). Motivation and Personality (3rd ed.). New York: Harper & Row.

Nasr, S. H. (2006). The Essential Seyyed Hossein Nasr (W. C. Chittick, Ed.). Bloomington: World Wisdom.

Noddings, N. (2013). Education and Democracy in the 21st Century. New York: Teachers College Press.

Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). (2022). Future of Education and Skills 2030: OECD Learning Compass 2030. Paris: OECD Publishing.

Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). (2022). OECD Future of Education and Skills 2030: Student Agency for 2030. Paris: OECD Publishing.

Schleicher, A. (2022). The Case for Values-Based Education. OECD Education and Skills Today. Retrieved April 30, 2025, from https://oecdedutoday.com/values-based-education/

Rogers, C. R. (1969). Freedom to Learn. Columbus, OH: Merrill.

UNESCO. (2021). Global Education Monitoring Report 2021: Non-State Actors in Education—Who Chooses? Who Loses? Paris: UNESCO Publishing.

UNESCO. (2023). Global Education Monitoring Report 2023: Technology in Education—A Tool on Whose Terms? Paris: UNESCO Publishing.


Kunjungi:

https://www.academia.edu/130342286/Tinjauan_Kritis_terhadap_Artikel_Islamic_Educational_Philosophy_and_Its_Relevance_to_Global_Educational_Discourse_oleh_Nur_Asiah_dan_Harjoni_Desky_Telaah_Berdasarkan_Kerangka_Berpikir_Kritis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar